Senin, 25 Mei 2015

My Mom

Dua puluh sembilan hari sejak kepergian mamiku, tak ada kata yang bisa kulukiskan untuk menggambarkan duka yang dalam atas kepergianannya.  Perempuan sederhana yang ku kenal sangat tegas itu tetap hidup dalam setiap langkah kakiku.

Teringat masa kecil, remaja dan dewasa bersamanya, mengukir hari-hari yang penuh dengan dinamika kulalui bersamanya.

Sebagai anak sulung, perempuan, aku sangat dekat dengannya. Walaupun tidak jarang kami berbeda pendapat, berantem bahkan tak bicara beberapa hari tapi, aku tak pernah menyimpan egoku lama-lama, biasanya, ku cuekin saja dan diam-diam datang ke rumah langsung buka tutup makanan dan makan apa yang sesuai dengan seleraku. Biasanya mamiku hafal kebiasaanku. Kalau sudah begitu, artinya aku sudah tak pikirkan soal marahku.

8 April, ketika penyakit itu menyinggahinya, semua berubah. Mamiku tak lagi benar-benanr sembuh.....sampai Tuhan memanggilnya ...Oktober 17, 2012.

I miss her so much.
Me...without my mom


I go my own way

                               by Theo Vanes


You are my place to hide, The world can be so cold outside Life with you taste so sweet, But for me it’s still incomplete The time has gone, to go my own way It’s not easy to say, I can’t stand no longer See now my feel are so real Showing you how I feel, Let them rolling down I go my own way, tomorrow is a day Following the trace, the smile on my face La.. la

 You are my place to hide, The world can be so cold outside Feel our love has not passed, It’s hard to depend on hearts But it can be forever, Love have the good time we have Make me happy and glad, ‘Cause I want to go with you I go my own way, tomorrow is a day Following the trace, the smile on my face La.. la . . . . . . La . . la . . . . .



 The time has gone to go my own way It’s not easy to say, I can’t stand no longer See now my feel are so real Showing you how I feel, Let them rolling down I go my own way, tomorrow is a day Following the trace, the smile on my face La.. la . . . . . . La . . la . . . . . La.. la . . . . . . La . . la



Senin, 27 April 2015

Haruskah Musrenbang tetap dengan konsep dan sistim yang sama tahun demi tahun?



Pelaksanaan Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Matuari Kota Bitung SULUT Tahun 2014, dilaksanakan kemarin (18/2/2014), dihadiri oleh Perwakilan BAPEDA, Robby Rotinsulu, dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Maxi Rumuat, Kepala Puskemas Matuari Dr. Erni Polontoh, sejumlah Lurah se-Kecamatan Matuari minus Tanjung Merah, Perwakilan Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan Bitung OSP 8 SULUT, Dianne Dirk dan  sejumlah Tokoh-masyarakat  setempat.

Terungkap usulan pembuatan jalan dan drainase serta lampu jalan  masih mendominasi, disamping perlengkapan kantor kelurahan yang belum seluruhnya disiapkan oleh pemerintah, misalnya seperangkat computer yang hanya 1 unit, meja kursi  yang  kurang, apalagi kantor kelurahan yang tidak memadai untuk disebut kantor, hal ini dikeluhkan oleh Kepala Kecamatan,  saat daftar usulan kelurahan Sagerat Weru 2 dibacakan, beliau turut menambahkan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, perwakilan dari kelurahan (Lurah)  diberikan kesempatan untuk memaparkan apa yang menjadi prioritas usulan kelurahan yang bersangkutan sehubungan dengan rencana  pembangunan kelurahan yaitu usulan masyarakat yang direkap dari usulan masyarakat saat pelaksanaan Musrenbang kelurahan.

Disampaikan oleh Camat Matuari, Ellen Sutrisno bahwa dari pihak Kecamatan telah mengundang Dinas Tata Ruang dan Dinas PU namun tidak nampak hadir, demikian juga dari sekian anggota legistatif hanya Bobby Dumgair yang nampak ada namun meninggalkan Kantor Kecamatan sebelum acara dimulai. Molor memang, undangan jam 8, mulai hampir jam 10.

Tidak tampak perwakilan dari masyarakat miskin yang hadir, sepertinya tidak ada dalam daftar undangan, ketika dikonfirmasikan dengan Lurah Sagerat, Agnes Tuwaidan,  ternyata mereka dianggap hanya sebagai penerima program, tidak dirasa perlu untuk didengar apa yang menjadi kebutuhan mereka. “Merekakan penerima program saja”, demikian penegasan Lurah Sagerat.  Apakah demikian?

Sekian banyak usulan yang rencana realisasikan pada tahun 2015 akan diseleksi mana yang akan dibiayai lewat Dana APBN dan APBD. Namun Ironis memang, jika sekian tahun mengusulkan usulan yang sama lewat penggalian gagasan MUSRENBANG maupun lewat kegiatan RESES DPRD tapi  tidak kunjung juga terealisasi, seperti Pembangunan Sekolah Dasar yang menjadi kebutuhan dasar untuk anak-anak di Kelurahan Manembo-nembo Atas sebagai kelurahan yang paling banyak penduduk di Kota Bitung SULUT. Alasanya masih alasan yang sama yaitu persoalan lahan, tidak disiapkan lahan/tidak ada lahan. “Memang, sudah beberapa kali ada usulan pembangunan Sekolah Dasar di Manembo-nembo Atas tapi, kembali lagi masalah lahan, belum ada lahan”, demikian keterangan perwakilan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, Maxie Rumuat, ketika dimintai tanggapan.


Kemudian buat apa Musrenbang selalu diadakan tanpa hasil yang yang berarti untuk yang namanya PERENCANAAAN? Masih parlukah diadakan setiap tahun dengan konsep dan sistim yang Sama?



*Catatan: Dipost pd Group FB Jurnalis Warga Tarsius Bitung (SULUT), Feb. 2014, masih relevan untuk mengoreksi Musrenbang yang setiap tahun dilaksanakan.

Minggu, 01 Februari 2015

Tanjung Merah, Kampung terpencil tapi dicari

Kelurahan yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk ini kendaraan ini menjadi tempat tinggal yang paling menyenangkan. Rencana bahkan kegiatan yang sudah dimulai dengan pembuatan pelebaran jalan-jalan utama di Tanjung Merah telah menandkan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus sudah sementara direalisasikan.

Mimpi indah sebuah kawasan yang maju dari segi perekonomian dan infrastruktur kiranya bukan  hanya menjadi isapan jempol belaka, masyarakat berharap banyak dari pembangunan Kawasan ini, yang nantinya  diikuti dengan kemajuan ekonomi masyarakat. “Blum tau le apa yang mo jadi pa torang 5 taong yang akan datang, dengar-dengar torang pe kampung ini mo dipindahkan”, demikian ungkapan lirih dari Wisye Wonte, warga Tanjung Merah Lingkungan 3.

“Dulu dijalan potong sana, ada mangga yang namanya mangga Padi, dibawa mangga itu torang pe tempat bermain waktu anak-anak, skarang mangga padi yang menjadi kenangan torang masyarakat Tanjung Merah dorang so potong karena da beking jalan....ya bgitu, kenangan mangga padi tempat bermain anak-anak Tanjung Merah bebrapa generasi so nda ada, akibat mo jadi kawasan KEK”, Reyke Wullur, SE. Bercerita mengenai dinamika Kawasan KEK Tanjung Merah.


“Ini kampung pertama di Bitung, maksudnya Tanjung Merah adalah cikal bakal Kota Bitung yang didiami pertama kalinya oleh warga asal Tonsea, Minahasa Utara. Torang pe nenek moyang Tanjung Merah ini, asal dari Minawerot, Kecamatan Kauditan, Minahasa Utara”, sambung Samuel Angkouw.menjadi tempat


Tanjung Merah menjadi tempat kunjungan wisata dan bisnis dengan ditunjang dengan sudut-sudut Indah Pantai Mileniun dan RCTI.

Sabtu, 28 September 2013

What can we do for him? La Ali Kiradu

Rumah, tempat tinggal La Ali

DirkaDian
La Ali Kiradu ....

La Ali Kiradu, warga Kelurahan Sagerat Weru 2 Kecamatan Matuari Bitung, SULUT, yang hidup dalam ketidak berdayaan, sebatang kara, cacat, tak bisa berjalan dan menjalani hidup semata-mata hanya dari belas kasihan warga setempat.

Keberadaan seorang La Ali, lelaki asal Sulawesi Tenggara ini, sudah pernah diangkat lewat media mainstream (sejumlah koran lokal) juga Social Media (Facebook/twitter), bantuan-bantuan juga sudah diberikan, seperti sembako dan perlengkapan rumah ala kadarnya oleh SKPD/Pemerintah dan masyarakat umum, namun hidup tetap harus berjalan.

La Ali, terbaring lemah, dibilik 2 X 3 yang sangat sederhana beralas kasur tua diatas tanah, menikmati hidup kesehariannya. Siang diterangi matahari, malam diterangi lampu botol/minyak. Menelan ludah yang menyesakkan dada, ketika penulis meninggalkan tempat itu.....

Keberadaan seorang La Ali, lelaki asal Sulawesi Tenggara ini, sudah pernah diangkat lewat media mainstream (sejumlah koran lokal) juga Social Media (Facebook/twitter), bantuan-bantuan juga sudah diberikan, seperti sembako dan perlengkapan rumah ala kadarnya oleh SKPD/Pemerintah dan masyarakat umum, namun hidup tetap harus berjalan.

La Ali, terbaring lemah, dibilik 2 X 3 yang sangat sederhana beralas kasur tua diatas tanah, menikmati hidup kesehariannya. Siang diterangi matahari, malam diterangi lampu botol/minyak. Menelan ludah yang menyesakkan dada, ketika penulis meninggalkan tempat itu.....


La Ali, terbaring lemah, dibilik 2 X 3 yang sangat sederhana beralas kasur tua diatas tanah, menikmati hidup kesehariannya. Siang diterangi matahari, malam diterangi lampu botol/minyak. Menelan ludah yang menyesakkan dada, ketika penulis meninggalkan tempat itu.....









Catatan: Reportase ini sudah pernah dimuat di grup FB Info PNPM Mandiri Perkotaan SULUT

Minggu, 22 September 2013

Kegiatan di Festival Selat Lembeh Part 5 yang nyaris basi

Catatan: Dianne Deivie Dirk (Opini)

Sabtu, 21 September 2013, cuaca cukup cerah, matahari menghiasi langit. Festival Selat Lembeh Part 5 dan Syukuran Laut di Kota Bitung, Sulawesi Utara di gelar. Ratusan orang telah memagari dermaga, ketika saya tiba. Seperti juga tahun tahun sebelumnya, Festival Selat Lembeh tekah menjadi Agenda cukup menarik bagi masyarakat Kota Ikan, Bitung, untuk mengaktakan diri bahwa, mereka hidup dikelilingi laut bahkan banyak yang dihidupi oleh laut itu sendiri.

DirkaDianLens@


"Pelaksanaan Festival Selat Lembeh dari tahun ketahun akan lebih baik pelaksanaannya..." demikian cuplikan sambutan Walikota Bitung, Hanny Sondakh.

Agenda tahunan ini seharusnya juga menjadi salah satu wadah untuk mempromosikan Pariwisata Kota ini, walaupun gaungnya masih kurang terasa bagi sebagian masyarakat SULUT pada khususnya, bahkan  terlihat hanyalah sebagian warga Bitung yang tinggal didaerah sekitar Pelabuhan Perikani Bitung, tempat dimana Festival ini dilaksankan yang banyak memadati tempat ini, terasa juga arus kendaraan sepanjang Bitung Kauditan/Manado yang biasa saja. Sebulan, seminggu bahkan beberapa hari sebelumnya  tidak banyak media cetak maupun online yang mengangkat promosi Festival ini secara gencar. Why?

Panitian penggagas acara juga menyugukan kegiatan yang nyaris basi dan kurang inovasi, anak-nak sekolah yang harusnya dilibatkan untuk menumbuhkan rasa memiliki dan kecintaan yang besar pada alam/laut  tidak terlihat dilibatkan. Padahal harusnya, inilah saatnya, mengaktakan penghargaan ini di hati generasi muda kita, bahwa  laut daerahnya yang harus dijaga, karena hakekatnya, ini juga akan diwariskan dari generasi kegenerasi.

Tidak terpikir juga, oleh panitia untuk bisa menyediakan ruang pameran bahkan  lomba foto Pulau dan Selat Lembeh beserta biota-biota lautnya yang indah dan unik. Saya yakin, tidak sedikit pemerhati  photography di SULUT akan merespons positif acara ini. Lomba menarik lain yang tak dilirik yaitu lomba menulis artikel, cerita atau opini mengenai Selat ini juga tak pernah diakomodir dalam 5 kali penyelenggaraan Festival. Bahkan macam-macam ide kreatif untuk lebih menghidupkan penyelenggaraan ajang ini tidak terjadi.

Jangan sampai kegiatan ini hanya menjadi semacam wadah untuk memperkokoh para pengusaha yang hanya meraup untung sebanyak-banyaknya dari Laut Bitung bahkan Sulawesi tanpa memikirkan kelestarian ekosistem Selat ini.

Sejatinya, Selat Lembeh adalah milik warga Bitung khususnya dan SULUT umumnya, bukan milik segelintir orang yang tidak peduli akan kelestarian Selat ini bukan?

DirkaDianLens@


DirkaDianLens@






Sabtu, 07 September 2013

Lika liku pemberdayaan masyarakat

Pagi itu, Teddy Sulangi, atasan saya di Konsultan Pemberdayaa Masyarakat menelpon, sehubungan dengan rencana kedatangan Tim Inspektorat dari Jakarta dan Satker PU Propinsi untuk melakukan inspeksi mendadak di kelurhan ynag menjadi dampingan kami.


Setelah menunggu cukup lama diposko Tim di Manembo-nembo Tengah Bitung (SULUT), kedatangan Inspektorat belum kunjung datang. Pak Teddy mengirimkan sms untuk menuju ke acara Halal bi halal Kordinator Kota Bitung Sulawesi Utara, sekaligus Rapat Koordinasi kami Konsultan.


Sementara Ceramah, Tim Inspektortat sudah menuju ke Kelurahan Manembo-nemboh Tengah. Padahal Deysi Kumenit seorang relawan di Kelurahan Sagerat juga menelpon bahwa mereka sudah siap, jika sekiranya tim akan turun ke Sagerat.

Bicara kerja sama, itu  adalah  sesuatu yang wajib dalam dunia Pemberdayaan Masyarakat yang kami geluti. Jika ada seorang konsultan pemberdayaan masyarakat yang kesulitan dalam melakoni kerasama dengan berbagai pihak, maka otomatis yang bersangkutan, tidak akan mudah dan enjoy menjalani pekerajaannya.

Kerjasama dengan tim kerja, dengan masyarakat, pemerintah dan stekholder lain sehingga bisa melakoni pekerjaan dengan semangat sanatlah penting. Masalah tidak akan habis-habisnya, itu pasti, namun setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

Karakter sangat menentukan, pinter, bukanlah modal utama, kerendahan hati dan kepedulian terhadap orang lain adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam pekerjaan ini. Selain itu, kreatifitas dan manajemen waktu adalah suatu keharusan.
Dalam suatu komunitas dengan komunitas yang lain, akan berbeda masalahnya, setiap hari akan ditemui persoalan yang berbeda dan perlu cara yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. Jika perlu bisa jadi orang yang berbeda yang kan memeberikan jalan keluar.


Passion............ untuk memajukan, mengangkat dan mendorong seseorang atau sekelompok orang menjalani kehidupan, keluar dari lingkaran kemiskinan adalah wajib, kalau tidak maka jangan harap, bisa bertahan.


Pembangunan yang berkonsep pemberdayaan masyarakat atau pembangunan partisipatif sudah jamak berjalan/berlaku di Indonesia, malahn konsep ini konon banyak diadopsi oleh negara-negara lain sekarang saaatnya, masyarakat yang menetukan, melakukan, memonitor pembangunan apa yang dibutuhkan untuk kemajuan dirinya, kelompok dan lingkungan dimana ia hidup.

Berbeda disekitar 5-6 tahun lalu, dunia pembangunan partisipatif masih asing dan kaku dilaksanakan, saat ini, konsep pembangunan partisipatif sudah diadopsi oleh berbagai instansi pemerintah dan swasta di Indonesia...